Sulawesi Selatan. Pernyataan kesiapan mengundurkan diri ini dilontarkan Gamawan Fauzi
saat kunjungan kerja di kantor gubernur Sulsel, Senin (23/4). Menurut
pria kelahiran Solok, Sumatera Barat, 9 November 1957 ini, mundur dari
jabatannya sudah menjadi komitmennya. Sebagai orang yang
bertanggungjawab terhadap program E-KTP, itu konsekuensi.
"Ini
rasa tanggungjawab saya. Kita jadi pemimpin itu harus konsisten, kalau
tidak tercapai dan kita katakan mundur, mundur," tegas mantan Gubernur
Sumatera Barat periode 2005-2009 ini.
Menurut Gamawan, E-KTP
telah menelan anggaran besar sejak diprogramkan 2011 silam. Total APBN
yang digunakan yakni Rp5,8 triliun. Makanya, ketika target tidak
tercapai, Mendagri pantas mundur.
Namun mantan Bupati Solok periode 1995-2005 itu optimis target 172 juta E-KTP akan selesai tahun ini.
Optimisme
ini berdasar. Sebab menurut penerima Bung Hatta Award atas
keberhasilannya memerangi korupsi pada saat menjadi bupati di kabupaten
Solok itu, target sampai akhir April atau tahap pertama ini bisa
terealisasi. Dari target 67 juta, hingga kemarin E-KTP sudah diangka 63
juta. Artinya sisa empat juta untuk bisa mencapai target. Dan kalau
dalam sehari bisa mencetak 6oo ribu E-KTP, berarti hingga akhir April
bisa mencapai angka 70 juta.
"Jadi saya optimis bisa 70 juta dan
melebihi target," katanya dalam acara yang dihadiri Dirjen Ekbangpol,
Tanri bali Lamo, Sekprov, Andi Muallim, dan sejumlah pejabat lainnya.
Gamawan
mengatakan, apa yang dilakukan dalam proses perampungan E-KTP bukanlah
hal yang mudah. Karenanya, ia mengucapkan terima kasih kepada Gubernur
dan kepala daerah yang telah berhasil melakukan koordinasi dengan baik.
Termasuk gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo dan bupati/wali kota
delapan kabupaten/kota di Sulsel yang menjadi daerah uji coba tahap I
yang bisa merampungkan E-KTP tepat waktu.
"Ini pekerjaan yang
tidak ringan. Karenanya, saya mengucapkan terima kasih kepada gubernur,
bupati/walikota, kepala dinas catatan sipil, camat, dan juga petugas di
lapangan. Kabupaten/kota bekerja luar biasa bahkan ada yang sampai pukul
02.00 dini hari," urainya. Ia juga mengapresiasi masyarakat yang rela
antre dan menunggu di tengah keterbatasan peralatan.
Ia juga
membeberkan, berdasarkan pengalaman dalam uji coba E-KTP tahun 2011,
ditemukan fakta yang mencengangkan. Banyak orang memiliki KTP lebih dari
sepuluh. Dari hasil verifikasi awal, ada 7 juta KTP ganda ditemukan.
Makanya, dengan E-KTP yang dilengkapi personal identity, masalah yang
timbul dari KTP ganda tersebut bisa teratasi.
"Ada satu orang
punya KTP lebih dari sepuluh. Inilah yang bikin kacau, khususnya saat
pilkada. Yang dari perekam saja sudah 95 ribu. Kalau dari verifikasi
awal, itu 7 juta dan kembali 2 juta. 7 juta masalah ini kita pulangkan
ke daerah, mana yang benar ini, kembalilah 2 juta. Ada 90 ribu temuan
pemalsuan itu," kata Gamawan.
Mendagri menambahkan, E-KTP
diharapkan bisa menjadi solusi dalam menentukan DP4 pada pemilu,
efektifitas pelayanan publik, hingga identifikasi dan pencegahan teroris
di Indonesia.
Khusus penggunaan E-KTP untuk pemilu dan pemilukada, Gamawan mengatakan itu bisa saja. Tapi semua tergantung UU Pemilu lagi.
Di Makassar kemarin, Gamawan menyerahkan penghargaan kepada Gubernur, Syahrul Yasin Limpo
atas
keberhasilannya memfasilitasi dan mengkoordinasikan bupati/wali kota
dalam mensukseskan penyelenggaraan program E-KTP di Sulsel. Mendagri
juga menyerahkan penghargaan kepada Ketua DPRD Sulsel, HM Roem dan E-KTP
kepada kepala daerah di delapan kabupaten/kota se Sulsel yang menjadi
daerah penerapan E-KTP; Luwu Timur, Sidrap, Pangkep, Bantaeng, Luwu
Utara, Kepulauan Selayar, Kota Palopo dan Makassar.
"Semua bupati/walikota di Sulsel sudah siap untuk melanjutkan program E-KTP tahap dua," ujarnya.
"Kita
semua berharap, hadirnya E-KTP ini tidak lagi menimbulkan distorsi.
Mudah-mudahan, ke depannya, bisa dipercepat lagi," sambung Ketua
Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) itu. Di Sulsel
sendiri, realisasi E-KTP tahap pertama sudah mencapai 1,7 juta orang
dari 2,6 juta jiwa penduduk wajib KTP di delapan kabupaten dan kota.
Sementara
itu, kemarin, Gamawan juga secara khusus mengunjungi Kecamatan Makassar
dan menyerahkan E-KTP secara simbolis kepada perwakilan warga. Pada
kesempatan itu, Gamawan memberikan pujian khusus ke Ilham Arief
Sirajuddin selaku wali kota.
"Ini sejarah baru karena Makassar
sebagai kota besar dengan penduduk 1 juta lebih telah selesai perekeman
e-KTP-nya hanya dalam enam bulan, padahal ada daerah lain yang
penduduknya hanya 100 ribu orang namun belum selesai perekaman
e-KTP-nya, jadi saya berterima kasih kepada pak Wali Kota Makassar
(Ilham, red) bukan pak Wali Kota yang berterima kasih ke saya," kata
Gamawan usai menyerahkan e-KTP secara simbolis kepada Walikota Makassar
dan perwakilan warga di Kantor Kecamatan Makassar, Senin, 23 April.
Gamawan
mengungkapkan, negara Jerman saja membutuhklan waktu 6 tahun untuk
perekaman e-KTP-nya, sementara Makassar hanya butuh 6 bulan.
"Memang
sebelumnya Makassar kita target 1 juta perekaman e-KTP-nya sampai akhir
April, tapi itu akal-akalan kita juga sengaja mematok target besar,
sebenarnya Makassar saat ini sudah jauh melampaui target sebenarnya,
hehehe," kata Gamawan sambil terkekeh.
Untuk diketahui, sampai
saat ini jumlah warga Makassar yang telah terlayani perekaman e-KTP
sebanyak 800 ribu jiwa lebih dari target 1 juta orang hingga ahir April.
Lebih
lanjut Gamawan menjelaskan, untuk mempercepat pelayanan kepada warga
yang belum terlayani e-KTP, daerah termasuk Makassar kata Gamawan
diperbolehkan untuk melakukan pengadaan peralatan tersendiri, tanpa
harus menunggu peralatan dari pusat.
Sementara itu, Walikota
Makassar, Ilham Arief Sirajuddin mengungkapkan bahwa sebenarnya data
penduduk Makassar yang wajib KTP hanya 936 ribu jiwa lebih, tidak sampai
1 juta.
"Karena banyak penduduk yang sudah meninggal tapi
tidak dilapor, ribuan mahasiswa yang sudah selesai kuliah juga sudah
pulang kampung atau pindah ke daerah lain, semua itu sudah kita
bersihkan dari data kependudukan," tutur Ilham.
Menurut Ilham,
maksimalnya realisasi perekaman e-KTP di Makassar tidak terlepas dari
peran tim operator, aparat kecamatan hingga tingkat lurah yang rela
bekerja hingga larut malam. "Masyarakat kita juga patutu diapresiasi
karena memiliki antusias tinggi untuk datang ke kantor kecamatann
walaupun harus antre," kata Ilham. (amr-kas)
(Depdagri)